Siapa yang tidak mengenal Kota SOLO, sebuah kota
di jantung Provinsi Jawa Tengah dengan beragam cerita dan budaya. Kota SOLO
atau Kota Surakarta adalah tempat kelahiran Presiden Indonesia yang ke 7 yaitu
Bapak Ir. H Joko Widodo (Pak Jokowi). SOLO yang juga merupakan pusat dua
kerajaan besar di tanah jawa yaitu Kasunanan dan Mangkunegaran adalah kota tua
yang beranjak menjadi kota metropolitan yang berbasis budaya. The Spirit of
Java ini semakin moncer ketika pemerintahannya dipegang oleh Pak Jokowi sebagai
Walikota untuk 2 periode, sebelum beliau naik "pangkat pertama"
menjadi Gubernur DKI Jakarta dan berhasil menjadi orang nomor 1 (satu) di
Indonesia sebagai Presiden RI untuk masa jabatan tahun 2014 sampai dengan tahun
2015. Banyak prestasi yang telah beliau persembahkan untuk Kota SOLO
diantaranya mengkampanyekan penghijauan di Kota SOLO terutama menghidupkan
kembali taman kota seperti halnya ketika masa kepemimpinan Bapak HR Hartomo
dengan slogan legendarisnya SOLO BERSERI.
Prestasi yang telah dibangun Pak Jokowi ini
ternyata tidak bisa dipertahankan oleh penggantinya yang notabene pasangan
beliau ketika menjabat sebagai Walikota yaitu Wakil Walikota Bapak FX Hadi Rudyatmo. Taman
Kota yang dulu dikonsep rapi dan indah oleh Pak Jokowi , sekarang ini menurut
pengamatan kami ketika mudik lebaran dari mulai tangal 14 Juli sampai dengan
tanggal 24 Juli 2015 terlihat sangat kumuh dan terkesan tidak terawat. Hal ini
bisa dilihat di sepanjang jalan Slamet Riyadi yang notabene urat nadi
transportasi di Kota SOLO, taman kota di sepanjang jalan tersebut sangat
mengecewakan sekali penampilannya. Hal serupa juga terlihat di seputaran
Stadion Manahan, Taman Kota terlihat seperti kebun yang tidak terawat serta
menimbulkan kesan jorok dan tidak rapi. Bukan tidak mungkin taman-taman kota di
seluruh wilayah Kota SOLO mengalami hal yang sama yaitu tidak terawat, terkesan
kumuh dan bisa jadi menjadi sarang penyakit. Selain tidak dirawatnya
tumbuh-tumbuhan di taman-taman Kota SOLO secara periodik dan profesional,
terindikasi pemilihan jenis tumbuh-tumbuhan juga terkesan alakadarnya, tanpa
mempertimbangkan estetika dan kelangsungan kelestarian tumbuh-tumbuhan
tersebut. Hal ini menimbulkan kesan asal taman, asal tumbuh dan asal garap saja
sehingga kesan "njembrung" atau kumuh langsung tertangkap oleh mata
kita. Pohon-pohon yang besar juga tidak dirapikan dengan konsep sehingga tumbuh
liar dan seringkali mengganggu pengguna jalan ataupun mengganggu lampu lalu
lintas/penerangan jalan.
Sangat disayangkan, prestasi yang telah dibangun
Pak Jokowi dengan susah payah, karena repot dalam mengurusi pemerintahan
menjadi alasan untuk tidak menjaga dan merawat prestasi tersebut. Padahal kalau
Pemerintah Kota mau, dibawah kepemimpinan walikota sekarang seharusnya tinggal
menjalankan dan meneruskan program yang ditinggalkan Pak Jokowi.
Di sisi lain, tidak terawatnya taman kota ini akan berdampak kepada publikasi dan tercorengnya citra baik Kota SOLO baik di tinggal domestik maupun internasional. Taman kota adalah cerminan dari kepemimpinan kepala daerah, istilah kata taman kota adalah etalase terdepan dari citra suatu daerah. Jika kondisi ini terus dibiarkan bukan tidak mungkin lagi, banyak wisatawan yang akan enggan dan mengurungkan niatnya untuk berkunjung di Kota SOLO. Image Kota SOLO yang rapi dan bersih selama kepemimpinan Pak Jokowi akan tinggal kenangan dan makin hari Kota SOLO akan mulai dilupakan oleh masyarakat.
Di sisi lain, tidak terawatnya taman kota ini akan berdampak kepada publikasi dan tercorengnya citra baik Kota SOLO baik di tinggal domestik maupun internasional. Taman kota adalah cerminan dari kepemimpinan kepala daerah, istilah kata taman kota adalah etalase terdepan dari citra suatu daerah. Jika kondisi ini terus dibiarkan bukan tidak mungkin lagi, banyak wisatawan yang akan enggan dan mengurungkan niatnya untuk berkunjung di Kota SOLO. Image Kota SOLO yang rapi dan bersih selama kepemimpinan Pak Jokowi akan tinggal kenangan dan makin hari Kota SOLO akan mulai dilupakan oleh masyarakat.